Gembira?? Tentu saja! Bukan hanya masakan yang laku keras, tapi usaha kami untuk memperkenalkan Budaya Indonesia lewat makanan dan kesenian kepada para pengunjung di Acara Interkulturelle Tage Dresden 2010 berbuah manis. Tak sia-sia rasanya keringat persiapan sebulan sebelumnya.
Dear All,
Pada hari Sabtu tanggal 25 September 2010 ini, warga indonesia yang berada di Dresden, kembali berpartisipasi dan memeriahkan acara Interkulturulle Tage 2010 StrassenFest (InterKultural Days Street Festival). Kali ini, kegiatan tahunan yang disponsori oleh Balai Kota (Rathaus) Dresden diikuti oleh 23 negara. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya para pendatang / imigran di kota Dresden, sekaligus ajang acara berintegrasi dan saling mengenal satu sama lain. Selain diwajibkan untuk memperkenalkan makanan trasitional dan memberikan informasi tentang negaranya masing-masing, setiap negara peserta diharuskan mempersembahkan satu kesenian tradisional. Kali ini, tim Indonesia, mempersembahkan Tari Saman.
Acara Interkulturelle ini berlangsung dari jam 12.00 sampai 17.00. Cuaca yang kurang bersahabat tidak membuat gentar semangat kami para peserta dan pengunjung. Sedari pagi kami sudah datang mempersiapkan diri, termasuk mendirikan tenda, basecamp dimana kami menjual masakan dan memberikan informasi seputar Indonesia.
Dari awal acara, sudah terlihat antusiasme pengunjung. Bahkan beberapa pengunjung muda Jerman mendatangi dan mengajak kami berbincang-bincang menggunakan bahasa Indonesia. Makanan yang kami jual adalah jajanan pasar seperti martabak, risoles, sate ayam, bakwan, pisang goreng, lumpia tahu, onde-onde, rujak , otak-otak , dan bika ambon. Seneng dong, sebab tenda Indonesia adalah yang paling ramai didatangi oleh pengunjung. Dan alhamdulillah semuanya laris manis....dagangan kami 80 persen laris manis..sisa nya yaa kami jadikan konsumsi untuk angota Formid.
Rahasianya, yaa, karena kita tampil beda dibanding yang lain. Masakan Indonesia lebih berwarna-warni sehingga menarik untuk dibeli dan baju adat yang dipakai oleh beberapa penjaga tenda cukup menarik perhatian pengunjung untuk mengambil photo membuat kami merasa seperti model dadakan.. hahaha.
Dan tentu saja, keramahan para penjaga tenda Indonesia dalam melayani setiap pertanyaan dan pembelian makanan. Posisi tenda cukup strategis, tepat berada disamping panggung kesenian, sehingga, sambil melayani pengunjung, mata pun tetap bisa melirik ke arah panggung, menikmati suguhan yang ada. Peserta dari Kazakhtan, misalnya, menyuguhkan tarian perut, yang cukup mendapatkan applaus yang banyak. Namun secara umum, kesenian didominasi oleh suguhan tarian yang dilakoni oleh anak anak.
Dari awal acara, sudah terlihat antusiasme pengunjung. Bahkan beberapa pengunjung muda Jerman mendatangi dan mengajak kami berbincang-bincang menggunakan bahasa Indonesia. Makanan yang kami jual adalah jajanan pasar seperti martabak, risoles, sate ayam, bakwan, pisang goreng, lumpia tahu, onde-onde, rujak , otak-otak , dan bika ambon. Seneng dong, sebab tenda Indonesia adalah yang paling ramai didatangi oleh pengunjung. Dan alhamdulillah semuanya laris manis....dagangan kami 80 persen laris manis..sisa nya yaa kami jadikan konsumsi untuk angota Formid.
Rahasianya, yaa, karena kita tampil beda dibanding yang lain. Masakan Indonesia lebih berwarna-warni sehingga menarik untuk dibeli dan baju adat yang dipakai oleh beberapa penjaga tenda cukup menarik perhatian pengunjung untuk mengambil photo membuat kami merasa seperti model dadakan.. hahaha.
Dan tentu saja, keramahan para penjaga tenda Indonesia dalam melayani setiap pertanyaan dan pembelian makanan. Posisi tenda cukup strategis, tepat berada disamping panggung kesenian, sehingga, sambil melayani pengunjung, mata pun tetap bisa melirik ke arah panggung, menikmati suguhan yang ada. Peserta dari Kazakhtan, misalnya, menyuguhkan tarian perut, yang cukup mendapatkan applaus yang banyak. Namun secara umum, kesenian didominasi oleh suguhan tarian yang dilakoni oleh anak anak.
Ting tong.. tepat pada pukul 4 sore, giliran tim indonesia untuk tampil. Tari saman yang disuguhkan, cukup menarik perhatian para pengunjung. Tentu saja! Tarian-tarian yang disuguhkan oleh peserta lain, umumnya didominasi oleh gerakan-gerakan yang gemah gemulai diiringi dengan alunan musik yang lembut. Berbeda dengan Tari Saman, yang menyuguhkan gerakan cepat, dinamis dan diiringi alunan musik yang cukup menghentak.Walaupun kami hanyalah penari amatiran, namun, ketika tarian selesai, kamipun mendapatkan applaus yang luar bisa..
Capek? tentu saja. Namun, hati kami pun senang. Semoga, dengan kontribusi yang secuil ini, kami bisa turut mempromosikan Indonesia kepada warga Dresden dan bisa membawa nama baik Indonesia di kota tempat kami sekarang berdomisili.
Salam Hangat,
Dresden, 25 September 2010
Ican & Nisa
Ican & Nisa
No comments:
Post a Comment