Wednesday, February 09, 2011

Pulang For Good

Tak terasa beberapa bulan  lagi izin kerja suamiku habis.  Di akhir grup meeting, suami ku menyapa  Profesor nya  yang keturunan China, lahir di Indonesia , Paspor Belanda dan sekarang jadi salah satu direktur di Max Plack Dresden untuk membahas tentang masa kerja dan planning kedepan ditambah basa basi.biar lebih seru..:)

"Prof ..masa kerja saya  di Max Planck akan berakhir bla..bla..bla....."
"Oya???? "
(dalam hati ) walahhh dasar professor masa kerja karyawannya sampe lupa begini...:)
"Saya lupa kalo masa kerja kamu akan berakhir..ok nanti saya buatkan masa kerja yang baru untuk 2 tahun ke depan"
"Trimakasih Prof..kebanggaan buat saya saat anda menwarkan kembali kontrak kerja...Tapi dengan berat hati sepertinya saya mempunyai rencana untuk pulang ke Indonesia, karna saya sudah terikat janji dengan Indonesia (Malang)."
'What???? Trus apa rencana kamu di Idonesia ??
'Apa yang akan kamu  lakukan di Indonesia???
'Apa disana kamu akan produktif untuk riset ??
'Apa penghasilan kamu disana lebih baik dari disini???
'Pikirkan kembali apa itu bener-benar keputusan kamu untuk pulang ke Indonesia???

Gubraxx....

"Ok pikirkan kembali keputusan mu..."
Pulang ke rumah tentulah dengan oleh-oleh serentetan pertanyaan tadi yang masih berkeliaran dipikiran aa. Aku membantu untuk  me-list  sisi positif dan negatif buat kami , mana yang lebih baik pulang ke Indonesia atau tetap di sini.

Beberapa list kami  bikin...tentunya list ini sesuai dngan perasaan kami

Tetap tinggal di Dresden :
-Gaji besar
-Hidup dengan rasa  aman dan tenang dari macet dan copet
-punya banyak pengalaman hidup
-Privacy lebih terjaga


beberapa kendala tinggal di Dresden:
-Untuk scientist kerja di sebuah institut atau universitas maximal kerja hanya 2-3 tahun dan selanjutnya harus keluar dan mencari pekerjaan baru. Artinya kita kudu siap untuk pindah-pindah tempat tinggal, bisa pindah masih wilayah jerman atau diluar Jerman.

-Jujur saja..aku dan aa memang tidak begitu cepat beradaptasi dengan budaya di eropa terutama bahasa sulit banget buat kami menguasai bahasa asing. Kami berinteraksi dengan teman-teman hanya pada saat aa kerja dan saat saya kursus. Selebihnya hanya kita berdua dan kumpul-kumpul dengan teman Indonesia.

-khusus untuk saya pribadi. Tinggal di Dresden tidak banyak yang saya bisa lakukan apalagi kalo visa saya menyatakan kalo saya ga boleh bekerja. Ditambah dengan  jilbab yang saya kenakan kalopun saya kerja belum tentu ada yang mau nerima.Yaa intinya ada banyak rasa kurang nyaman untuk tinggal lebih lama disini. Mungkin karna hawa Jerman timur masih lekat di wilayah Dresden..rasanya saat saya berdiri di haltestelle atau di kendaraan banyak mata yang melihat seakan ingin bertanya :.kenapa kamu pake jilbab???.

- Walaupun saya hampir jarang berinteraksi dengan teman-teman asing disini. Ternyata lingkungan pengaruhnya  dominan sekali ... 5 tahun lebih tinggal di Eropa mulei mengikis sedikit demi sedikit iman kami...mulei dari makanan yang kurang terjaga...shalat shubuh yang sering kesiangan..dan byk lagi. Awalnya seh merasa  'emergency' ......tapi ko lama kelamaan jadi biasa. Apalagi kalo udah denger ada kerabat meninggal, bawaannya deg-degan jadi mikir  sendiri , gimanaaa kalo nanti kita mati apa saat itu kita dalam keadaan baik atau engga, belum lagi apa saat itu ada orang yang akan menshalatkan kita atau engga.


Tinggal di Indonesia (Malang) :
- Sudah janji dengan pihak UNM untuk mengabdi selepas postdoc.-
- Aa bisa berkarier dan aku pun bisa beraktifitas dengan nyaman dan mengekspresikan impianku.
- Punya rumah impian
- dekat dengan ortu dan family

Kendala awal mungkin perlu beberapa saat buat kami beradaptasi ya bisa dibilang kulturshock  lah begitu, Mulei dari gaji aa yang mengecil, cuaca, kenyamanan...

Bagaimana Indonesia memang pilihan tepat kami...'Pulang For Good pun itu pilihan kami
Tidak ada tempat yang paling baik selain tanah air kita sendiri....

Malang..kami datang..... :)



No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails